Selasa, 26 November 2013

STRATEGI PAK DALAM Pelayanan Dewasa Madya

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah…………………………………………………………….
B.     Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….

BAB II ISI
A.    Hakikat Pendidikan Agama Kristen…………………………………………………
B.     Pengertian PAK Dewasa………………………………………………………………
C.    Tujuan PAK Dewasa…………………………………………………………………..
D.    Dasar Alkitabiah PAK Dewasa………………………………………………………..
E.     Strategi PAK Pada Dewasa Madya……………………………………………………

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan……………………………………………………………………………..
B.     Saran……………………………………………………………………………………








BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini, dengan adanya perkembangan-perkembangan dalam dunia pendidikan, misalnya dengan adanya pendidikan formal, maka peran orang tua atau dewasa madya berkurang dalam mengatur spiritual anak. Beberapa orang tua lebih berharap sekolah dan gereja yang mengembangkan kerohanian anak. Hal ini dipengaruhi kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kerohanian yang akan diterapkan. Sehingga orangtua lebih mengharapkan guru-guru disekolah untuk mengasuh anak mereka. Tidak terlepas dari hal itu, ternyata kebanyakan juga orang tua yang masih belum memahami dasar-dasar nilai Pendidikan Agama Kristen secara Alkitabiah, sehingga mereka tidak dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita teliti sebenarnya Alkitab banyak mengungkapkan nilai-nilai Kristiani, namun karena kemalasan, kebosanan akan pendidikan agama Kristen maka mereka lebih memilih melakukan hal-hal duniawi yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan.
Setiap orang yang masuk dalam usia dewasa diharapkan bisa berperan aktif dengan cara mengembangkan diri melalui perilaku yang dewasa dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat. Setiap orang dituntut untuk menggunakan waktu dan kesempatan secara baik dan efektif  dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada.
Orang dewasa seharusnya dapat menjadi teladan bagi orang yang muda, namun banyak orang dewasa yang belum memperhatikan peran mereka dalam kehidupannya. Untuk itu, dalam mengajarkan PAK bagi orang dewasa madya, diperlukan strategi atau metode khusus agar pengajaran itu dapat berjalan dengan baik, menarik, efektif dan efesien.
B.     TUJUAN PENULISAN
Makalah ini ditulis dengan maksud dan tujuan agar setiap orang dewasa madya menyadari betapa pentingnya mereka dalam pembentukan kerohanian. Dengan adanya pengenalan akan Firman Tuhan, diharapkan orang dewasa madya dapat menjalani kehidupan dengan nilai dan norma baik dalam Alkitab maupun dalam masyarakat, sehingga menjadi orang yang berguna bagi Kristus dan sesama dengan mencerminkan karakter Allah dan memuliakan Allah.
BAB II
ISI

A.    HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari “education” dalam bahasa inggris. Kata education berasal dari bahasa latin “ducere” yang berarti membimbing (to lead), ditambah awalan “e” yang berarti keluar (out). Jadi arti dasar dari pendidikan adalah suatu tindakan untuk membimbing keluar. Menurut Lawrence cremin pendidikan adalah usaha yang sadar, sistematis, dan berkesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan atau memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, atau kepekaan-kepekaan,  maupun hasil apa pun dari usaha tersebut.
Menurut  A. N. Whitehead defenisi pendidikan adalah sebagai bimbingan kepada individu menuju pemahaman dari seni kehidupan. Seni kehidupan diartikan sebagai pencapaian yang paling lengkap dari berbagai aktivitas yang menyatakan potensi-potensi dari mahluk hidup berhadapan dengan lingkungan yang aktual.
Apabila pendidikan agamawi dilakukan oleh dan dari tradisi tertentu, maka tradisi agamawi itulah yang menamai dan mencirikan pendidikan agamawi tersebut. Dengan demikian, jika pendidikan agamawi tersebut dilakukan oleh persekutuan agamawi Kristen (persekutuan iman Kristen) dan dari perspektif agama Kristen, maka istilah yang tepat untuk menamai usaha pendidikan agamawi tersebut adalah: pendidikan Agamawi Kristen. Jadi makna Kristen dalam istilah Pendidikan Agama Kristen di sini adalah bahwa pendidikan agama tersebut dilakukan oleh persekutuan iman Kristen dan perspektif agama Kristen.[1]
Pendidikan Agama Kristen merupakan suatu usaha pendidikan. Oleh karena itu, ia merupakan usaha yang sadar, sistematis berkesinambungan apa pun bentuknya. Ini berarti PAK tidak hanya dilakukan di gereja dan sekolah saja, melainkan juga dilakukan dengan pendekatan sosialisasi. PAK juga merupakan pendidikan yang khusus yakni dimensi religious manusia. Ini berarti usaha tersebut dikhususkan pada bagaimana pencarian akan yang transenden serta pemberian ekspresi dari seseorang terhadap yang transenden tadi dikembangkan, serta dimungkinkan tetap terjadi pada manusia masa kini. Artinya segala pendidikan yang dikhususkan pada dimensi religious manusia, apakah itu pencarian akan yang transenden, kehendakNya dalam kehidupan nyata, Pendidikan Agama Kristen secara khusus menunjuk kepada persekutuan iman yang melakukan tugas pendidikan agama, yakni persekutuan iman Kristen. Oleh karena itu pencarian manusia terhadap yang transenden serta ekspresi dari hubungan itu diwarnai oleh ajaran Kristen sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab, tidak hanya untuk transmisi warisan Kristen tetapi bagaimana membentuk masa depan sesuai dengan visi Allah berdasarkan warisan masa lampau dan tindakan kreatif  masa kini. PAK juga sebagai usaha pendidikan bagaimana pun juga mempunyai hakikat politis. Karena itu PAK juga turut berpartisipasi dalam hakikat politisi pendidikan secara umum. Artinya, dalam PAK tidak hanya ada intervensi dalam kehidupan individual seseorang di bidang kerohanian saja, tetapi juga mempengaruhi cara dan sikap mereka ketika menjalani kehidupan dalam konteks masyarakat.
Menurut Marthin Luther (1483-1548), PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa serta bersukacita dalam firman Tuhan Yesus Kristus yang memerdekakan. Disamping itu PAK memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan Negara serta mengambil bagian dengan bertanggungjawab dalam persekutuan Kristen.[2]
B.     PENGERTIAN PAK DEWASA
Pendidikan dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya (Pannen, 1997).
Pendidikan orang dewasa (andragogy) berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan anak-anak berlangsung dalam bentuk identifikasi dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah.[3]
Ada perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa jika ditinjau berdasarkan umur, cirri psikologis, dan cirri biologis. Ditinjau dari segi umur, seseorang yang mulai berumur 17 tahun keatas dapat dikatakan dewasa berbeda dengan yang berumur 16 tahun kebawah masih dikatakan remaja dan anak-anak. Ditinjau dari sisi psikologis, seseorang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu bergantung pada orang lain, bertanggungjawab, mandiri, berani mengambil resiko dan mengambil keputusan. Sedangkan ditinjau dari cirri-ciri biologis, tanda-tanda kelamin sekunder pada laki-laki seperti bulu kumis, bulu jambang dll, sedangkan pada wanita mulai menstruasi dan tumbuhnya payudara.
Menurut Bryson pendidikan orang dewasa adalah semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktunya dan tenaga untuk memeperoleh atau menambahkan intelektualnya. Sedangkan menurut Reeves dkk mendefenisikan pendidikan dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan diri yang dilakukan individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya, artinya penekanannya diberikan pada usaha yang tidak dipaksa, dan tidak menjadikan usaha utamanya. Selain itu pendidikan orang dewasa adalah pendidikan bekal bekerja, pendidikan jiwa baru dan kerohanian, pendidikan kader, dan pendidikan yang bersifat rekreatif-apresiatif dan kesegaran jasmani (Faisal, 1981).[4]
Jadi PAK Dewasa adalah seluruh aspek pendidikan yang didasarkan pada tinjauan Alkitabiah teologis, dan kerohanian, dalam hal kerohanian orang dewasa yang mengarahkan orang dewasa agar dapat menjalani kehidupan spiritual dengan baik dan benar sehingga menjadi berdampak positif bagi orang lain, baik dalam gereja, masyarakat dan dimanapun berada.
C.    TUJUAN PAK DEWASA
Secara umum tujuan pendidikan nasional yang ditanam melalui Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Tujuan dapat menjadi tiga dimensi yaitu: Pertama, Aims adalah tujuan yang diusahakan untuk dicapai pada akhirnya secara mutlak. Misalnya tujuan usaha PAK di dalam gereja adalah untuk menolong anggota-anggota gereja bertumbuh menjadi dewasa.  Kedua, Goals, artinya tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu, misalnya tiga bulan dsb. Misalnya kurus. Ketiga, Objectives artinya tujuan yang hendak dicapai dalam suatu proses belajar mengajar dalam satu kali tatap muka.
Tujuan pendidikan orang dewasa dapat kita lihat melalui tujuh prinsip utama dalam pendidikan yaitu: Kesehatan (fisik, mental, keamanan dll), anggota keluarga yang berguna, pekerjaan (bimbingan, latihan, efesiensi ekonomi), pendidikan kewarganegaraan (prinsip demokrasi yang benar), pemanfaatan waktu luang (rekreasi jasmani, pikiran, spiritual, pengembangan kepribadian), etika (nilai moral, jiwa pelayanan, tanggungjawab pribadi), dan penguasaan pengetahuan dasar.
Pendidikan Agama Kristen pada orang dewasa merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk membimbing dan mengarahkan setiap orang untuk memiliki kesadaran dalam tingkat kedewasaan dan kematangan yang dia miliki yang ditujukan dalam berbagai hal baik dalam moralitas, maupun mental spiritualnya.[5]
Menurut Werner C, tujuan PAK adalah untuk membimbing individu pada semua tingkat perkembangannya, dengan cara pendidikan kontemporer, menuju pengenalan serta pengalaman akan rencana Allah dalam Kristus melalui setiap aspek kehidupan dan juga untuk memperlengkapi untuk pelayanan yang efektif.
Menurut Komisi PAK dan Dewan Gereja-gereja di Indonesia merumuskan tujuan PAK sebagai: mengajak, membantu menghantar seseorang, untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia dating ke dalam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.[6]
Menurut Robert Boehlke tujuan PAK adalah menolong orang dari semua golongan umum yang direncanakan kepada gereja untuk pemeliharaan akan pernyataan Allah dalam Yesus Kristus supaya mereka dibawah pimpinan Roh Kudus melayani sesama atas nama Tuhan dan berpegang teguh pada kebenaran dalam kasih Kristus.
Menurut para reformator: Pertama, Jhon kalvin tujuan PAK adalah mendidik semua putra-putri agar dilibatkan dalam pengajaran Alkitab secara benar. Kedua, Marthin Luther : tujuan PAK adalah melibatkan semua warga jemaat dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosanya dan bergembira dalam firman Tuhan Yesus Kristus, yang memerdekakan setiap orang. Dalam kitab Efesus 4:11-16 tujuannya adalah untuk memperlengkapi orang kudus, untuk pekerjaan pelayanan, mengajar orang dewasa di dalam kasih Kristus, berpegang teguh pada kebenaran, dll.[7]
Jadi, tujuan PAK Dewasa adalah membimbing orang dewasa dalam hal spiritual dengan landasan Firman Allah dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam perbuatan maupun perkataan, berpegang teguh pada kebenaran, kuat di dalam iman, dan mecerminkan karakter ilahi dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
D.    DASAR ALKITABIAH PAK DEWASA
Dasar Alkitabiah PAK Dewasa yaitu Ulangan 6:7; Mazmur 78:72; Efesus 5: 22-23; 6:4 dll. Perlu diperhatikan bahwa berbagai keputusan ada ditangan orang dewasa. Dan bisa menjadi gaya hidupnya kelak. Keputusan-keputusan itu diantaranya adalah: keputusan tentang iman, keputusan tentang pernikahan, keputusan tentang pendidikan, keputusan tentang pekerjaan dan karir, dan keputusan tentang hubungan sosial.
Orang dewasa kelak akan menjadi pengajar dan pemimpin. Oleh sebab itu mereka perlu belajar PAK dan Firman Tuhan. Beberapa alas an penting PAK Dewasa:

1.      Karena perintah Tuhan.
2.      Untuk mengatasi atau untuk mencegah kenakalan orangtua.
3.      Karena merupakan pemimpin dan memegang jabatan dalam gereja.
4.      Karena orang tua menjadi guru yang utama bagi anak.
5.      Karena orang tua adalah bapa adalah imam dalam keluarga.
6.      Keluarga Kristen pemberian Tuhan yang tidak ternilai harganya.
Keluarga kristenlah yang memegang peranan penting dalam keluarga bahkan lebih penting dari pendidikan gereja. Jikalau itu keluarga kokoh dan sehat, masyarakatpun turut kokoh dan sehat. Keluarga merupakan suatu persekutuan yang terdiri dari orang-orang yang terkait ikatan darah dan hubunngan sosial yang paling kuat karena:
a.       Keluarga adalah bagian yang integral dari kehidupan gereja berhasil atau tidaknya gereja lokal bergantung pada individu yang terdapat dalam keluarga.
b.      Rencana keselamatan Allah menyatu dengan keluarga, Allah memakai keluarga untuk menyatukan rencana Nya bagi dunia ini.
Sedangkan menurut Sudirman Lase, dasar utama untuk PAK Dewasa adalah:
1.      Kasih (Matius 5:44; Luk 6:27-35, Yoh 13:34, Efesus 5:22.
2.      Pembenaran oleh iman (Rom 1:17b).
3.      Kedaulatan Allah (Yes 6:8).
4.      Alkitab sebagai firman Allah (Yoh 1:1-9).
E.     STRATEGI PAK  PADA DEWASA MADYA
Strategi adalah cara, metode, atau trik yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu dan mencapai kesuksesan yang dicapai. Dalam melakukan pengajaran PAK untuk orang dewasa madya ada beberapa strategi atau metode yang dipakai agar pengajaran yang dilakukan dapat tercapai secara maksimal, efesien dan efektif. Metode adalah suatu hal yang mempunyai dua sisi yakni teori dan praktik. Kita bisa mempelajari berbagai metode secara teoritis, namun hal itu tidak menjamin keberhasilan tanpa keterampilan melakukannya. Oleh sebab itu diperlukan praktik yang efesien dan efektif sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.

Beberapa strategi atau metode yang dipakai untuk menyampaikan PAK pada orang dewasa madya:
1.      Metode ceramah: melalui metode ini Tuhan Yesus berusaha menyampaikan pengetahuan kepada murid-muridNya atau menafsirkan pengetahuan tersebut. Melalui ceramah, Yesus juga mengajarkan bimbingan kepada murid-muridNya.(Matius 5-7).[8]
2.      Metode menghafalkan: biasanya metode ini sangat dikecam para pendidik, tetapi secara proporsional, ia juga mempunyai andil bagi siapa saja yang belajar. Memang Tuhan Yesus tidak secara khusus memerintahkan untuk menghafalkan ayat-ayat tertentu namun kepentingannya jelas untuk mempertegas setiap perkataannya seperti (Mat 12:1-8).[9]
3.      Metode dialog: metode ini sering digunakan Yesus dalam keempat injil. Dalam dialog seperti yang dipakai Tuhan Yesus, orang diajak untuk menggali lebih dalam lagi mengenai persoalan yang lebih mendasar, seperti pada Yoh 4.
4.      Metode studi kasus: perumpamaan-perumpamaan yang diceritakan oleh Tuhan Yesus sesungguhnya merupakan studi kasus. Dengan pendekatan ini Yesus menggariskan seluk-beluk salah satu kasus, sebagian dari pengalaman seseorang dan mengundang para pelajar memanfaatkan akal dan imannya. Dengan studi kasus orang didorong untuk memikirkan inti persoalannya dan mencari jalan pemecahan. Jadi pengajar tidak menjawab sendiri semua persoalan, melainkan jawaban harus diberikan oleh masing-masing peserta didik.[10]
5.      Metode perjumpaan: dengan metode perjumpaan, orang ditantang secara langsung untuk mengambil keputusan.
6.      Metode perbuatan symbol: seperti makna pembabtisan. Yohanes melakukan pembabtisan untuk pengampunan dosa bagi orang yang bersalah. Namun untuk Yesus babtisan merupakan lambang atau simbol sebagai bentuk ketaatan.
Selain hal-hal diatas ada hal praktis yang dilakukan dalam strategi PAK yaitu:
a.       Sebagai bagian dari pendidikan orang dewasa dalam gereja, maka perlu diadakan kegiatan yang melengkapi pembinaan yang melengkapi dewasa madya atau orang tua dengan pemahaman tentang iman Kristen dalam berbagai dimensi.
b.      Dari segi materi yang diberikan, perlu mencakup tentang pengetahuan, perlu mencakup pengetahuan tentang perkembangan anak sehingga iman Kristen dapat disampaikan orang dewasa dengan cara yang sesuai dengan perkembangan anak.
c.       Gereja seharusnya membentuk kelompok pendukung yang terdiri dari iman Kristen dengan benar dan juga memahami perkembangan jemaat dengan baik, untuk menjadi fasilitator dalam rangka para orang tua mendidik anak, dan jemaat lainnya.
d.      Jika dimungkinkan gereja secara lokal maupun secara bersama-sama dapat menghasilkan bahan pendidikan untuk anak-anak dirumah. Sebab pendidikan Agama Kristen tidak hanya berlangsung di gereja dan sekolah saja, namun dilakukan di rumah dengan berbagai metode yang ada.
Menurut Yusuf B. Sijabat berkaitan dengan strategi mengajar dalam PAK, ada dua pendekatan yang dilakukan agar pendidikan dapat diterima dengan baik yaitu pendekatan secara individu (individual approach) dan pendekatan kelompok (group approach).
a.       Pendekatan secara individu (individual approach): pendekatan ini dilakukan pada kegiatan bimbingan pribadi, tutorial, studi mandiri. Dalam kegiatan itu terjadi interaksi pribadi anatara guru dan peserta didiknya. Contohnya adalah dalam kitab Yoh 3:1-21 Peristiwa saat Nikodemus bertanya kepada Yesus. Selain itu juga dengan perempuan yang berjumpa dengan Yesus di sumur (Yoh 4:1-42).[11]
b.      Pendekatan kelompok (group approach) pada pendekatan ini belajar dilakukan sekelompok peserta didik. Ada yang melihat pendekatan ini dari dua sisi yaitu peserta didik yang aktif (learner oriented) dan guru yang aktif (teacher oriented).[12]
Menurut Wina Sanjaya (2006), ada beberapa strategi dalam pembelajaran yaitu:
1.      Strategi Pembelajaran Ekspositori
Dalam strategi ini guru bercerita, berceramah, menyampaikan ide, konsep, gagasan. Dalam PAK Dewasa pengajar mempelajari Alkitab bersama dengan peserta didiknya untuk memahami firman Tuhan.

2.      Strategi Pembelajaran Inkuiri
Disini guru sebagai fasilitator, guru memotivasi peserta didik untuk mencari dan menemukan gagasan yang terkandung dalam sebuah pembelajaran.[13]
3.      Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengajak peserta didik agar menemukan masalah, perumusan masalah, pengujian informasi dan penyimpulan atau jawaban.
4.      Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi ini menekankan pembentukan kemampuan berpikir peserta didik, guru menuntun peserta didik untuk merumuskan konsep, ide, gagasan dan memahami metode belajar.
5.      Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi ini banyak dilakukan oleh gereja dewasa ini, melalui kelompok kecil atau kelompok sel dengan berkaitan dengan lainnya, untuk berdiskusi, memecahkan masalah, menyelidiki, memahami dll.
6.      Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran ini mengasumsikan bahwa konteks kehidupan sosial dan budaya merupakan sumber serta media belajar yang penuh makna, orang tidak hanya belajar melalui literature dan membaca buku. Dengan demikian, masalah kehidupan nyata di tengah keluarga, gereja, dan di dalam masyarakat dapat di hadirkan ke dalam proses pembelajaran itu untuk diperbincangkan dan dikemukakan penyelesaiannya sebelum melakukan aksi konkret.
7.      Strategi Pembelajaran Afektif
Pendidikan agama, moral, atau etika digolongkan bersifat afektif karena bersinggungan dengan sikap, perasaan dan batin. Kegiatan pembelajaran dengan strategi ini dapat juga menekankan metode pemecahan masalah dan penjelasan klarifikasi nilai.
Jadi, strategi PAK untuk Dewasa madya sangatlah penting diterapkan, karena dengan adanya berbagai macam variasi mengajar memungkinkan orang dewasa tidak lekas jenuh dan malas untuk belajar. Memang metode perlu namun yang lebih penting adalah bagaimana menerapkan atau melakukan praktik dengan baik, sehingga pengajaran bagi orang dewasa madya dapat diserap dan dewasa madya memiliki kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang baik
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Orang yang dewasa telah dianggap matang bila dapat memahami segala sesuatu dan mampu mengaplikasikan atau menerapkan dengan baik norma-norma dan mengendalikan dirinya di tengah-tengah keluarga, masyarakat, gereja dan bangsa. Orang dewasa harus memiliki kesadaran yang tinggi dan memahami visi serta kebijakannya ke depan dalam membangun kehidupan yang lebih sejahtera. Pendidikan Agama Kristen bukanlah sekedar memahami, mengetahui, dan melakukan tetapi PAK kepada orang dewasa juga meliputi keterlibatan orang dewasa dalam membangun PAK khususnya dalam dirinya dan orang-lain.
Seiring dengan tugas dan tanggungjawab orang dewasa dalam hidupnya, orang dewasa tidak hanya bertanggungjawab dalam hal-hal duniawi tetapi juga untuk kehidupan rohani anak-anak mereka, dan berdampak bagi masyarakat, gereja dan sekitar. Pendidikan orang dewasa hadir dalam konteks misi dan pembinaan secara khusus yang meliputi katekisasi, kegiatan khusus dewasa, dll. Dengan adanya pendidikan orang dewasa dalam gereja diharapkan dapat berbuah, dan menjadi berkat bagi oranglain.
Dengan adanya berbagai metode dalam mengajar yang telah ditulis, setiap pengajar atau guru dapat melakukan pengajaran dengan variasi sehingga peserta didik atau orang dewasa madya yang belajar dapat menerima pelajaran dengan menarik, bervariasi, namun tidak terlepas dari inti Pendidikan Agama Kristen itu sendiri. Memang tidak cukup hanya mengetahui secara teori mengenai strategi btersebut, oleh sebab itu pengajar harus memiliki kemampuan dalam mengajar dengan cara berlatih terus-menerus, dan mengembangkan pengetahuan dengan hal-hal baru.
B.     SARAN
Penulis berharap, dengan adanya makalah ini setiap pendidik atau pengajar dapat membenahi diri dengan pengetahuan pengajaran Pendidikan Agama bagi orang dewasa, sehingga dapat mengajar secara professional dengan cara yang tepat, sehingga menghasilkan tujuan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anggota IKAPI.  2010. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Boehlke Robert R. 2002. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktik PAK. Jakarta: BPK  Gunung  Mulya.

Lase Sudirman. 2011. Pendidikan Agama Kristen Kepada Orang Dewasa. Medan: Mitra Medan.

Mariany Katji. 2012. Diktat Pembimbing PAK. Jakarta: STT IKSM Santosa Asih.

Nuhamara Daniel. 2007. Pembimbing Pendidikan Agama Kristen. Bandung: jurnal Info Media.

Sidjabat B. S. 2009. Mengajar Secara Profesional. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Suprijanto H. 2009. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi Aksara.







[1]  Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, Bandung: Jurnal Info Media, 2007, hlm 23
[2]  Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktik PAK, Jakarta: BPK Gunung Mulya, 2002, hlm 11.
[3]  H. Suprijatno, Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm 11.
[4]  Ibid, hlm 13.
[5]  Sudirman Lase, Pendidikan Agama Kristen Kepada Orang Dewasa, Medan: Mitra Medan, 2011.
[6]  Daniel Nuhamara, hlm 31.
[7]  Katji Mariany, Diktat Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: STT IKSM Santosa Asih, 2012, hlm 21.
[8]  Daniel Nuhamara, hlm 138.
[9]  Ibid, hlm 139.
[10] Ibid, hlm 140.
[11]  B, S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2009, hlm 267.
[12]  Ibid, hlm 268.
[13]  Ibid, hlm 281.

Rabu, 20 November 2013

HAKIKAT ROH KUDUS



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Roh Kudus adalah salah satu topik yang paling banyak dibicarakan di kalangan orang-orang Kristen saat ini. Banyak orang kebingungan dan simpang-siur tentang ajaran Roh Kudus ini. Banyak pemberita Injil enggan mengajarkan topik ini di jemaat oleh karena kurangnya pengetahuan tentang Roh Kudus. Sebagian lagi takut mengajarkannya karena takut di- kritik. Banyak orang Kristen beranggapan bahwa Roh Kudus itu hanyalah kekuatan tak berwujud atau suatu pengaruh dan bukan suatu pribadi. Mereka memerlukan Roh Kudus sepertinya Roh Kudus itu hanya semacam kekuatan listrik atau bentuk kekuatan yang lain, sehingga mereka dapat mematikan dan menyalakannya sesuka mereka. Sebagian orang mengajarkan bahwa Roh Kudus itu adalah semata-mata semacam zat yang dapat memenuhi orang. Ada pula orang yang mengatakan bahwa Roh Kudus itu adalah kekuatan misterius yang bekerja dalam hati manusia yang membawa kepada pertobatan dan keselamatan. Sebagian lagi percaya bahwa Roh Kudus itu semata-mata hanya pengaruh atau tenaga aktif Ilahi. Roh Kudus itu adalah pribadi, individual dengan kepribadian. Dia lebih dari sekedar suatu kekuatan atau kuasa; Dia adalah pribadi surgawi yang hidup. Roh Kudus adalah Allah dan Pribadi ketiga dari Trinitas. Ia setara dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Karena itu sesungguhnya bagi Dia pun selayaknya diberikan penghormatan, penghargaan dan kemuliaan yang sama. Kita tidak seharusnya memperlakukan Dia sebagai Pribadi yang lebih rendah. Kita seharusnya mengenal Dia sebagaimana kita mengenal kedua pribadi Allah yang lain (Kis 5:3,4). Penyangkalan atas kepribadian Roh Kudus bukanlah hal yang baru. Pada abad ke keempat, Arius mengajarkan bahwa Roh Kudus hanyalah energi Allah yang dipancarkan ke dalam dunia. Socinus, pada abad keenam belas mengajarkan pandangan yang hampir sama dengan Arius. Socinus mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah energi yang keluar dari Allah. Saat ini, kaum Unitarianisme menyangkal kepribadian Roh Kudus. Konsep ini salah sama sekali. Roh Kudus adalah Pribadi. Ia adalah Satu Pribadi yang memiliki otoritas (wibawa) dan Kuasa yang besar (possesses great), tapi Ia sendiri jauh lebih besar dari kekuatan yang dimilikiNya. Ia layak untuk mendapatkan penghargaan dan hormat yang kita berikan kepada Allah yang Maha Kuasa.
BAB II
PEMBAHASAN
1.      PERSONALITAS ROH KUDUS
A. Dia Adalah Pribadi
1. Banyak sebutan untuk Roh Kudus di dalam Perjanjian Lama dan di dalam Perjanjian Baru sendiri ada 40 sebutan. Beberapa sebutan tersebut hanya dapat diaplikasikan kepada seseorang atau pribadi. Contohnya Dia disebut penolong (Yohanes 14:16, 26; 15:26; 16:7). Di dalam 1 Yohanes 2:1 disebut pengantara. Disebut begitu karena Dia memberikan pertolongan dan penghiburan kepada umat Allah (Kisah Rasul 9:31). Ketika Perjanjian Baru berbicara tentang Roh Kudus sebagai Roh Allah atau Roh Kristus (Roma 8:9; Lukas 4:18; Kisah Rasul 16:6, 7) ini berarti lebih dari sekedar pikiran atau watak atau sifat dari Allah atau Kristus. Sebab walaupun kata “Roh” adalah berbentuk “neuter” dalam tata bahasa, namun kata ganti maskulin kadang-kadang dipakai untuk Dia di dalam Perjanjian Baru bahasa Yunani (Yohanes 14:26; 16:13, 14).
2. Kepribadian Roh Kudus dapat dilihat dari sifat-sifatNya. Sifat-sifat Roh Kudus menunjukkan bahwa Dia adalah pribadi yang hidup, seorang individual dan bukan hanya sebuah tenaga.
  1. Membuat keputusan (Kisah Rasul 15:28);
  2. Pikiran (Roma 8:27);
  3. Kehendak (1 Korintus 12:11);
  4. Pengetahuan (1 Korintus 2:11);
  5. Perasaan (kasih, duka-cita, suka-cita) (Roma 15:30; Efesus 4:30; 1 Tesalonika 1:6).
3. Roh Kudus bertindak sebagai seorang pribadi dan bukan hanya sebuah tenaga semata. Dia dapat melakukan hal-hal berikut ini:
  1. Mengajar dan mengingatkan (Yohanes 14:26);
  2. Bersaksi (Yohanes 15:26);
  3. Memimpin kepada kebenaran (Yohanes 16:13);
  4. Berbicara (1 Timotius 4:1);
  5. Melarang (Kisah Rasul 16:6);
  6. Menyelidiki (1 Korintus 2:10);
  7. Bersekutu (2 Korintus 13:14);
  8. Memohonkan (Roma 8:26, 27);
  9. Memimpin (Lukas 4:1; Roma 8:14).
Seorang pribadi dapat terlibat dalam masing-masing tindakan di atas, sementara suatu tenaga semata tidak dapat, maka Roh Kudus harus dilihat sebagai seorang pribadi. Roh Kudus juga dapat dihujat (Matius 12:31, 32). Ananias berbohong kepadaNya (Kisah Rasul 5:3), ditolak (Kisah Rasul 7:51), berduka (Efesus 4:30), dan dihina (Ibrani 10:29), dipadamkan (1 Tesalonika 5:19). Pernyataan-pernyataan bahwa manusia dapat melakukan hal-hal ini kepada Roh Kudus menunjukkan bahwa Dia adalah pribadi.
B. Dia Adalah Anggota Ke-Allah-an                                  
Roh Kudus disebutkan bersama-sama dengan Allah (Matius 3:13-17; Markus 1:9-11; Matius 28:18-20; 2 Korintus 13:14; Efesus 4:4-6). Roh Kudus juga disebut Allah dalam Kisah Rasul 5:3, 4. Roh Kudus juga menyandang nama Ilahi seperti dapat dilihat dalam ayat-ayat berikut ini: Kejadian 1:2; Matius 3:16; Lukas 4:18; 1 Korintus 6:11; Hakim-hakim 3:10; Yesaya 61:1, dan lain-lain.
2.      KARYA ROH KUDUS MENGONFIRMASIKAN PERSONALITASNYA.
Roh kudus menmpilkan karya-karyaNya yang serupa dengan karya-karya dari Allah, Bapa, dan Putra. Karya-karya ini mengonfirmasikan personalitas dari Roh Kudus.
·         Roh kudus mengajar. Sebelum Yesus meninggalkan murid-muridNya, Dia mendorong mereka dengan mengatakan kepada mereka bahwa Ia akan mengutus “penolong yang lain” (Yoh. 14:16). “Yang lain” menekankan bahwa Roh Kudus akan menjadi penolong yang serupa denga Kristus. Sebagaimana Kristus mengajar murid-murid (Mat. 5:2, Yoh. 8:2), demikian pula Roh Kudus akan mengajar mereka (Yoh. 14:26). Roh Kudus akan menampilkan dan melakukan pengajaran yang sama dengan Kristus. Roh Kudus akan menyebabkan mereka mengingat hal-hal yang Kristus telah ajarkan sebelumnya, Roh Kudus akan mengonfirmasi pengajaran Kristus
·         Roh Kudus bersaksi. Yesus berjanji pada murid-murid bahwa Roh Kudus “akan memberikan kesaksian tentang Aku” (Yoh. 15:26). Kata “memberikan kesaksian” berarti memberikan kesaksian tentang seseorang. Roh Kudus akan bersaksi tentang pengajaran Kristus bahwa ia telah datang dari Bapa dan telah mengatakan kebenaran Allah. Kata yang sama digunakan pada waktu para murid bersaksi tentang Kristus di Yohanes 15:27. Sebagaimana para murid bersaksi tentang Kristus demikian pula Roh Kudus bersaksi tentang Kristus.
·         Roh Kudus membimbing. Yesus mendeklarasikan bahwa pada waktu Roh Kudus datang. Ia aka membimbing mereka pada semua kebenaran (Yoh. 16:13). Gambarannya adalah seperti seorang pemandu atau pemimpin perjalanan menuju pada wilayah asing bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan, tetapi dikenal oleh pemandu itu.
·         Roh Kudus meyakinkan. Yohanes 16:8 mendeklarasikan masa depan pelayanan dari Roh Kudus yaitu akan “meyakinkan dunia”. “Meyakinkan” (Yunani elegcho) berarti “meyakinkan seseorang akan sesuatu; menunjukkan sesuatu pada seseorang. Roh Kudus bertindak sebagai pengacara ilahi yang meyakinkan dunia tentang dosa, kebenaran dan penghakiman.
·         Roh Kudus melahirbarukan. Seseorang yang mengalami kehiran baru telah dilahirkan oleh Roh Kudus; Ia telah dilahirbarukan oleh Roh. Sebagaimana Putra Allah memberikan hidup kepada orang percaya (Yoh. 5:21), demikian pula Roh Kudus melahirbarukan manusia (lihat Yeh. 36:25-27; Tit. 3:5).
·         Roh Kudus menjadi pendoa syafaat. Pada saat orang percaya sedang lemah, Roh Kudus menyerukan keluhan orang percaya dan berdoa atas nama orang percaya (Rm. 8:26). Bapa mengerti doa syafaat Roh Kudus dan menjawab doa dan bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan hidup orang percaya karena Roh Kudus telah berdoa bagi anak Allah (Rm. 8:28). Kata yang sama berkaitan dengan doa syafaat digunakan oleh Kristus dalam karya doa syafaat-Nya (Rm. 8:34; Ibr. 7:25). Sebagaimana Kristus berdoa syafaat bagi orang percaya, demikian pula Roh Kudus berdoa syafaat bagi orang lain; pribadi yang berdoa syafaat. Sekali lagi diingatkan: benda mati tidak bisa menjadi juru syafaat bagi yang lain; seorang pribadilah yang menjadi juru syafaat.
·         Roh Kudus memerintah. Di Kisah Para Rasul 13:2 Roh Kudus memerintahkan Paulus dan Barnabas untuk dikhususkan bagi pekerjaan misi; Kisah Para Rasul 13:4 menambahkan bahwa kedua orang itu diutus oleh Roh Kudus. Di Kisah Para Rasul 16:6 Roh Kudus melarang Paulus dan Silas untuk berkhotbah di Asia; di Kisah Para Rasul 8:29 Roh Kudus mengarahkan Filipus untuk berbicara pada Sida-sida dari Etiopia.

3.      POSISI-NYA MENGONFIRMASI PERSONALITAS-NYA
“Tindakan-tindakan tertentu yang ditujukan pada Roh Kudus akan sangat tidak lazim apabila memiliki personalitas yang sejati.”
·         Roh Kudus dapat didukakan. Roh Kudus dapat didukakan pada waktu orang percaya berdosa (lihat pembahasan sebelumnya; lihat Yes. 63:10).
·         Roh Kudus dapat dihujat. Penghujatan biasanya dipikirkan sebagai sesuatu melawan Allah Bapa (lihat Why. 13:6; 16:9). Kristus juga dihujat (Mat.27:39; Luk. 23:39); demikian pula Roh Kudus adalah pada saat karya Kristus disebut sebagai berasal dari Setan, padahal pada waktu itu Roh Kudus telah memberikan kesaksian tentang pekerjaan Kristus sebagai yang berasal dari Allah Bapa.
·         Roh Kudus dapat ditolak. Dalam pembicaraannya melawan ketidakpercayaan orang Yahudi yang akhirnya merajam dia dengan batu sampai mati, Stefanus menuduh mereka sebagai orang “tegar tengkuk dan tidak bersunat hati dan telinganya selalu menolak Roh Kudus” (Kis. 7:51). Mereka berdiri dalam antrian panjang dari suatu tradisi menolak pekerjaan Allah dan menolak peringatan Roh Kudus.
·         Roh Kudus dapat didustai. Pada waktu Petrus mengkonfrontasi Ananias dan Safira berkaitan dengan penipuan mereka, ia menuduh mereka telah mendustai Roh Kudus (Kis. 5:3). Ananias dan Safira dihukum mati karena mereka telah berdosa, yaitu mendustai Roh Kudus.
·         Roh Kudus dapat ditaati. Di Kisah Para Rasul 10 Tahun memberikan Wahyu yang paling jelas kepada Petrus bahwa ia juga memasukkan orang non-Yahudi dalam wilayah berkat-Nya. Dalam hubungan ini Roh Kudus berkata kepada Petrus untuk mendampingi dua orang pergi ke rumah Kornelius di mana kebenaran ini akan menjadi terbukti pada orang non-Yahudi. Petrus taat akan perintah Roh Kudus dan pergi ke rumah Kornelius di Kaisarea. Petrus taat pada Roh Kudus.
Contoh-contoh itu memberikan bukti-bukti personalitas dari Roh Kudus di mana ia dapat didukakan, dihujat, didustai, ditolak, dan ditaati. Semua itu hanya dapat dikatakan pada pribadi yang memiliki personalitas.
4.      SEBUTAN-NYA MENGONFIRMASIKAN KEPRIBADIAN-NYA
Kata Yunani untuk Roh Kudus adalah pneuma yang adalah kata netral. Setiap kata ganti yang digunakan untuk menggantik pneuma sewajarnya adalah netral juga. Namun, para penulis Alkitab tidak mengikut pola tata bahasa; melainkan, mereka menggantikannya dengan kata ganti maskulin yang ditujukan pada Roh Kudus. Pergantian tata bahasa yang memiliki tujuan ini menekankan kepribadian dari Roh Kudus. Seharusnya tidak ada alasan untuk mengganti bentuk netral pada maskulin kalau Roh Kudus tidak di pahami sebagai yang berkepribadian.
5.      KEILAHIAN ROH KUDUS
Keilahian Roh Kudus tidak dapat di pisahkan dari doktrin trinitas. Suatu penyangkalan akan salah satu di antaranya berarti penyangkalan pada yang lainnya, kepercayaan pada trinitas mengharuskan suatu kepercayaan pada keilahian Roh Kudus.
Ada banyak hal yang tidak dapat kita ketahui tentang Roh Kudus (Ulangan 29:29), tetapi banyak pula yang dapat kita pelajari. Oleh karena Alkitab diilhami oleh Roh Kudus (2 Petrus 1:21; Efesus 6:17). Roh Kudus adalah pengarang Alkitab yang sesungguhnya (Kisah Rasul 28:25; Ibrani 3:7; 10:15), maka kita harus mempelajari Roh sedapat mungkin. Ada 90 referensi tentang Roh Kudus di dalam Perjanjian Lama dan kira-kira 263 di dalam Perjanjian Baru.
6.      BUKTI-BUKTI ALKITAB BAHWA ROH KUDUS ADALAH PRIBADI
Alkitab menjelaskan bahwa Roh Kudus merupakan satu keberadaan yang berpribadi, bukan suatu kekuatan yang tidak berpribadi (impersonal). Sementara Keilahian Kristus terus menjadi perdebatan, maka pengakuan akan kepribadian Roh Kudus juga terus menjadi perdebatan. Berikut ini argumentasi dan bukti-bukti Alkitab yang membela bahwa Roh Kudus adalah suatu Pribadi.
Pertama, bukti berdasarkan pertimbangan grammatikal. Kata benda dan kata kepemilikan dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru membedakan jenis kelamin yang disebut gender yang dapat menunjukkan sifat maskulin, feminim, atau netral. Kata Yunani untuk “roh” adalah “pneuma” pada umumnya bergender netral. Namun, ketika Yesus menjelaskan pelayanan Roh Kudus, maka Ia memakai kata “Pneuma” dengan kata ganti Yunani bentuk maskulin “ekeinos”, seperti yang tercatat dalam Yohanes 16:13, “Tetapi apabila Ia (ekeino) datang, yaitu Roh (Pneuma) Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang” (1 Yohanes 16:13). Disini Yohanes sengaja menggambarkan Roh Kudus sebagai satu pribadi bukan suatu kekuatan besar (baca juga Yohanes 14:17; 15:26). Setiap bukti Alkitabiah tersebut membawa pada kesimpulan bahwa Roh Kudus, meskipun keberadaan-Nya adalah roh, sesungguhnya adalah Pribadi yang sama seperti Bapa, atau anak, atau kita.
Kedua, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus memiliki dan menunjukkan sifat-sifat dasar dari suatu pribadi. Sesuatu dikatakan berpribadi apabila ia memiliki dan menunjukkan sifat-sifat dasar pribadi seperti kecerdasan, perasaan, dan kehendak. Karena pribadi yang sesungguhnya memiliki kecerdasan, perasaan, dan kehendak, dan oleh karena Roh Kudus memiliki semua sifat ini, maka pasti Dia adalah suatu Pribadi. Alkitab menyatakan bahwa: (1) Roh Kudus memiliki kecerdasan. Dia mengetahui dan menyelidiki segala sesuatu yang dari Allah (1 Korintis 2:10-11); Dia memiliki pikiran (Roma 8:27); dan Dia dapat mengajar manusia (1 Kor. 2:13). (2) Dia menyatakan perasaan. Dia dapat berdukacita karena segala tindakan orang-orang percaya yang penuh dosa (Efesus 4:30 --- suatu pengaruh tidak dapat merasa berdukacita). (3) Dia memiliki kehendak. Dia menggunakan kehendak untuk membagikan karunia-karunia kepada tubuh Kristus (1 Korintus 12:11). Dia juga memimpin seluruh akitivitas orang Kristen (Kisah Para Rasul 16:6-11).
Ketiga, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus menunjukkan dan melakukan tindakan-tindakan dari suatu pribadi. Perhatikanlah pernyataan-pernyataan tentang kepribadian Roh Kudus di bawah ini : Ia dapat menghibur (Kisah Para Rasul 9:31), Ia dapat berbicara (Kisah Para Rasul 13:2), Ia dapat berdoa (Roma 8:26), Ia dapat mengajar (Yohanes 14:26), Ia dapat mengerjakan seperti yang dikehendakiNya (1 Korintus 12:11), Ia dapat melarang (Kisah Para Rasul 16:6), Ia dapat melakukan mujizat-mujizat (Kisah Para Rasul 19:6). Ia memimpin kita ke dalam kebenaran dengan cara mendengar, berbicara, dan menunjukkan (Yohanes 16:13). Dia meyakinkan akan dosa (Yohanes 16:8).
Keempat, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus mengalami perlakukan suatu pribadi. Suatu kuasa atau pengaruh tidak sanggup untuk merasakan hal-hal yang Roh Kudus dapat rasakan. Contohnya, kita diperingatkan untuk tidak "mendukacitakan" Roh Kudus (Efesus 4:30). Ananias dan Safira "mendustai Roh Kudus" (Kisah Para Rasul 5:3,4). Suatu kuasa atau kekuatan tidak dapat didukacitakan. Kita tidak dapat mendukacitakan atau menyakiti kekuatan daya listrik misalnya, hal itu tidak mempengaruhi jika menipu ataupun mencobainya. Suatu wujud kuasa atau kekuatan bukan merupakan satu pribadi yang dapat merasakan hal-hal seperti itu. Tetapi seseorang atau satu pribadi dapat didukacitakan, disakiti, didustai dan dicobai. Berikut ini perlakukan yang dapat dilakukan manusia kepada Roh Kudus yang menujukkan bahwa Roh Kudus adalah suatu pribadi: Ia adalah Oknum yang harus ditaati (Kisah Para Rasul 10:19-21); Dia dapat dibohongi (Kisah Para Rasul 5:3); Dia dapat ditentang (Kisah Para Rasul 7:51); Dia dapat dibuat berdukacita (Efesus. 4:30); Dia dapat dihujat (Matis 12:31); Dia dapat dihina (Ibrani 10:29). Untuk berpikir bahwa suatu pengaruh dapat bertindak dan bereaksi seperti hal-hal di atas adalah tidak benar.
Kelima, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus berhubungan suatu pribadi dengan pribadi-pribadi lainnya. Kemampuan Roh Kudus dalam berelasi dengan pribadi-pribadi lainnya menujukkan bahwa Ia adalah suatu Pribadi. (1) RelasiNya dengan para rasul. Roh Kudus berhubungan dengan para rasul dalam suatu cara yang menunjukkan kepribadian-Nya sendiri yang tidak sama (Kisah Para Rasul 15:28). Dia adalah suatu Pribadi sama seperti mereka adalah pribadi-pribadi juga; nanmun demikian, Dia adalah pribadi yang tidak sama dan dapat dikenali. (2) RelasiNya dengan Yesus. Roh Kudus berhubungan dengan Tuhan Yesus dalam cara sedemikian rupa sehingga jika Tuhan Yesus memiliki kepribadian, maka seseorang harus berkesimpulan bahwa Roh Kudus memiliki kepribadian juga. Namun, Dia tidak sama dengan Kritus (Yohanes 16:14). (3) RelasiNya dengan Pribadi-Pribadi Trinitas lainnya. Roh Kudus berhubungan dengan Pribadi-Pribadi lainnya dalam Trinitas sebagai Pribadi yang sama derajatnya (Matius 28:19; 2 Korintus 13:14).


7.      BUKTI-BUKTI ALKITAB BAHWA ROH KUDUS ADALAH ALLAH
Pengakuan akan keilahian Roh Kudus adalah pernyataan Alkitab. Menyangkali Keilahian Roh Kudus berarti penyangkalan terhadap doktrin Trinitas. Berikut ini argumentasi dan bukti-bukti Alkitabiah yang membela Keilahian Roh Kudus.
Pertama, bukti berdasarkan penyataan Alkitab bahwa sebutan Roh Kudus dan Allah atau Tuhan dapat saling dipertukarkan (interchangeable). (1) Apa yang disampaikan Paulus dalam Kisah Para Rasul 28:25-27 itu ia kutip dari Yesaya 6:8-10. Paulus berkata bahwa “firman itu disampaikan oleh Roh Kudus” dengan perantaraan nabi Yesaya, tetapi Yesaya 6:8-10 menyebutkan bahwa itu adalah “suara Tuhan” kepadaNya. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan sendiri! (2) Pernyataan dalam Ibrani 3:7-11 jika dibandingkan dengan Mazmur 95:7b-11 dan Keluaran 17:1-7, maka kita menemukan bahwa Roh Kudus adalah TUHAN. Kata-kata dalam Ibrani 3:7-11 merupakan kata-kata Roh Kudus, maka kata-kata “mencobai Aku” berarti “mencobai Roh Kudus”. Jika kita melihat dalam Mazmur 95:7b-11, yang hampir-hampir identik dengan Ibrani 3:7-11 tadi, maka bisa kita dapatkan dari Mazmur 95:8 bahwa itu adalah peristiwa yang terjadi di Masa dan Meriba (Keluaran 17:1-7). Dalam Keluaran 17:7 dikatakan, "Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?". Jadi disini dipakai istilah “mencobai TUHAN”, padahal dalam Ibrani 3:7-11 dikatakan bahwa mereka “mencobai Roh Kudus”. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah TUHAN! (3) Selanjutnya, Ibrani 10:16-17 merupakan kutipan sebagian dari Yeremia 31:33,34. Dalam Yeremia 31 disebutkan bahwa kata-kata itu diucapkan oleh TUHAN. Perhatikan kata-kata “firman TUHAN” dalam Yeremia 31:31,32c,34b. tetapi dalam Ibrani 10:15-17 disebutkan bahwa itu merupakan “kesaksian / firman Roh Kudus” (Ibrani 10:15b,16b). Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah TUHAN sendiri! (4) Hal yang sama dapat kita lihat dalam Kisah Para Rasul 5:3-9, bahwa Ananias yang “mendustai Roh Kudus" (ayat 3) sama dengan “mendustai Allah” (ayat 4) dan “mencobai Roh Tuhan” (ayat 9). (5) Paulus menyatakan bahwa tubuh orang percaya adalah “bait Allah” dan bahwa “Roh Allah diam di dalam kamu’ (1 Korintus 3:16. Jika tubuh orang percaya adalah bait Allah, maka artinya Allahlah yang tinggal di dalam tubuh kita, tetapi Paulus mengatakan Roh Allah atau Roh Kuduslah yang tinggal di dalam orang percaya. Hal ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah Allah (bandingkan 1 Korintus 6:19).

Kedua, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus memiliki dan menunjukkan sifat-sifat KeilahianNya. Sebagaimana telah disebutkan diatas, Roh Kudus memiliki sifat-sifat yang menunjukkan bahwa dia adalah Pribadi yang sesungguhnya. Tetapi Roh Kudus juga memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki Allah, yang karenanya menunjukkan bahwa Dia adalah Allah. Sifat-sifat itu adalah:
(1) Kekekalan. “Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup” (Ibrani 9:14).
(2) Omnipresent (ada dimana-mana). Daud dan Yeremia menyatakan, “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku” (Mazmur 139:7-10). “Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN” (Yeremia 23:24).
(3) Omnipotent (maha kuasa). Paulus melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh kuasa Roh Allah (Roma 15:19). Mikha mengatakan, “Tetapi aku ini penuh dengan kekuatan dengan Roh Tuhan, dengan keadilan dan keperkasaan untuk memberitakan kepada Yakub pelanggarannya dan kepada Israel dosanya” (Mikha 3:8). Kelahiran Kristus dari seorang anak dara adalah oleh kuasa Roh Kudus (Lukas 1:35).
(4) Omniscient (maha tahu). “Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?” (Yesaya 40:13, 14). Paulus mengatakan bahwa Roh mengetahui segala sesuatu, “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (1 Korintus 2:10). “Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab” (Ibrani 4:13).
(5) Melakukan pekerjaan Ilahi. Roh Kudus sering disebutkan sebagai Allah (Kisah Rasul 5:3, 4; 1 Korintus 3:16; 6:19; 12:4-6) dan melakukan pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah.
  1. Penciptaan. Roh Kudus turut ambil bagian dalam penciptaan dunia ini. Ini dapat dilihat dari ayat-ayat seperti Kejadian 1:2; Ayub 26:13; 33:4.
  2. Kelahiran baru. Roh Kudus juga mempunyai peranan dalam kelahiran baru manusia (Yohanes 3:5).
  3. Tanda ajaib. Roh memberikan kuasa untuk melakukan tanda ajaib (1 Korintus 12:9, 11)
  4. Ilham. Roh Kudus mengilhami (mewahyui) penulis-penulis Perjanjian Lama dan Baru, menuntun mereka agar semua tulisan mereka tidak dapat salah (2 Petrus 1:21; 2 Timotius 3:16, 17).
  5. Menguduskan. Roh Allah menguduskan orang-orang yang patuh kepada Allah (2 Tesalonika 2:13).
Ketiga, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus menunjukkan dan melakukan tindakan-tindakan yang hanya dilakukan oleh Allah. Perhatikanlah perkerjaan dan tindakan yang dilakukan oleh Roh Kudus berikut ini: (1) Dialah penyebab terjadinya Kelahiran Perawan (Lukas 1:35). (2) Dialah pelaku yang memberikan ilham kepada para Penulis Kitab Suci (2 Petrus 1:21). (3) Dia terlibat dalam penciptaan dunia (Kejadian 1:2). Di sini sama seperti dalam penggunaan kata “Roh Allah” lainnya di dalam Perjanjian Lama, kita mungkin bertanya apakah ayat-ayat tersebut secara jelas menunjuk kepada Pribadi ketiga dari Trinitas ataukah kepada Allah sebagai Roh (sebab Dia adalah Roh). Berdasarkan ayat 2, tidak diragukan bahwa ini menunjuk kepada Roh Kudus.
Keempat, bukti berdasarkan pertimbangan persatuan Roh Kudus dengan Pribadi-pribadi Lainnya dalam Keallahan Membuktikan Bahwa Dia Adalah Allah. (1) Roh Kudus sebagai Yahweh. Perjanjian Baru mengenalkan Roh Kudus sebagai Yahweh dalam Perjanjian Lama, terutama sekali pada kutipan dari suatu bagian Perjanjian Lama yang menyatakan Allah berfirman dan yang sebenarnya dimaksudkan dalam kutipan itu adalah Roh Kudus (bandingkan: Kisah Para Rasul 28:25 dengan Yesaya 1-13 dan Ibrani 10:15-17 dengan Yeremia 31:31-34). Hal tersebut merupakan bukti yang kuat bahwa para Penulis Perjanjian Baru menganggap Roh Kudus adalah Allah. (2) Roh Kudus dan Allah. Menghujat dan berdusta kepada Roh Kudus adalah sama dengan melakukan hal-hal tersebut kepada Allah (Mat. 12:31-32; Kis. 5:3-4). (4) Kedudukan-Nya setara. Roh Kudus selalu disejajarkan kedudukan-Nya dengan Bapa dan Anak (Matius 28:19; 2 Korintus 13:14). Secara khusus, frase Yunani yang tertulis di Matius 28:19 yaitu “baptizontes autous eis to onoma tou patros kai tou uiou kai tou agiou pneumatos” yang diterjemahkan menjadi “baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”, dimana hal yang menarik adalah bahwa sekalipun di sini disebutkan tiga buah nama yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tetapi kata kata Yunani “eis to onomo” yang diterjemahkan “dalam nama” adalah nominatif singular (bentuk tunggal, bukan bentuk jamak)! Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name (bentuk tunggal), bukan names (bentuk jamak). Karena itu ayat ini bukan hanya menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setara, tetapi juga menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu atau esa. Kata “esa” yang digunakan dalam Ulangan 6:4 dalam bahasa Ibraninya adalah “Ekhad” yang menunjuk kepada “satu kesatuan yang mengandung makna kejamakan; dan bukan satu yang mutlak”. Jika yang dimaksud “satu-satunya; atau satu yang mutlak” maka dalam bahasa Ibrani yang digunakan adalah “yakhid”.
Kelima, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa sebutan-sebutan yang dikenakan pada Roh Kudus menunjukkan bahwa Ia adalah Allah . Nama-nama ilahi dari Roh Kudus menyatakan Keallahan-Nya. Enam belas kali Roh Kudus (Pneuma Agion) disebutkan dengan nama dua pribadi lainnya dari Trinitas, yaitu “Roh Yesus/Pneuma Christou” (Kisah Para Rasul 16:7) dan “Roh Allah/Pneuma Theou” (1 Korintus 6:11) . Selanjutnya, Yesus disebut “Pengantara” atau “Parakletos” (1 Yohanes 2:1), dan Roh Kudus disebut “Penolong” atau “Parakletos” yang lain (Yohanes 14:16). Janji Tuhan Yesus untuk mengirin seorang Penolong (Parakletos) “yang lain” disini berarti seorang yang lain dari Pribadi Trinitas. Kata Yunani yang diterjemahkan denhan frase “yang lain” adalah “allos”. Ada dua kata Yunani yang berarti “yang lain”, yaitu “allos” dan “heteros”. Tetapi kedua kata ini ada bedanya. Kata “allos” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang sama; Sedangkan “heteros” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh, saya mempunyai satu botol minuman sprite. Jika saya menginginkan satu botol sprite “yang lain”, yang sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan kata “allos”. Seandainya saya menghendaki minuman “yang lain”, misalnya fanta, maka saya harus menggunakan “heteros”, bukan “allos”. Jadi pada saat Tuhan Yesus menyebut Roh Kudus sebagai “Penolong yang lain”, ini menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama dengan Yesus.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas bagaimana personalitas dan keilahian daripada Roh Kudus dalam posisiNya sebagai Tritunggal dapat disimpulkan dalam beberapa point yaitu sebagai berikut.
Pertama, Roh Kudus itu Pribadi bukan kekuatan atau energi. Karena itu, kita dapat bersekutu denganNya, kita dapat dan harus memanjatkan doa kepadaNya.
Kedua, Roh Kudus yang sepenuhnya bersifat Ilahi harus diberi kehormatan dan ketaatan yang sama yang kita berikan kepada Bapa dan Anak, Dia layak disembah. Roh Kudus jangan dipandang sebagai hakikat yang lebih rendah dari Bapa dan Anak, meskipun perananNya kadang-kadang berbeda dari Bapa dan Anak.
Ketiga, Roh Kudus itu satu dengan Bapa dan Anak. KaryaNya merupakan ungkapan rencana KetigaNya. Diantara Pribadi dan kegiatan Mereka tidak terdapat pertentangan dan ketegangan.
Keempat, Allah bukanlah Allah yang jauh. Di dalam Roh Kudus, Allah Tritunggal menghampiri kita begitu dekat bahkan sampai masuk ke dalam masing-masing orang percaya. Melalui Roh Kudus, Dia benar-benar menjadi “Imanuel” yaitu “Allah menyertai kita”.